Tahun 2025 menandai puncak perang chipset AI. Setelah bertahun-tahun bersaing di sektor grafis, NVIDIA dan AMD kini memperluas dominasi mereka ke dunia kecerdasan buatan, membawa arsitektur baru yang mengubah peta industri komputasi global.
Peluncuran NVIDIA Blackwell B200 dan AMD Instinct MI400 menjadi sorotan dunia teknologi. Keduanya dirancang khusus untuk menangani workload AI generatif, dari pemrosesan model bahasa besar (LLM) hingga sistem agentik otomatis.
NVIDIA masih memimpin dengan efisiensi energi dan daya komputasi yang luar biasa. Chip Blackwell B200 mampu mencapai 20 petaflops untuk tugas AI training, sementara penggunaan daya turun hingga 30% dibanding seri H100.
Namun AMD tidak tinggal diam. Melalui arsitektur MI400 berbasis chiplet 3D, AMD menawarkan fleksibilitas yang luar biasa bagi data center modular — memungkinkan perusahaan menyesuaikan kapasitas sesuai kebutuhan proyek AI-nya.
Perusahaan besar seperti Google, Meta, dan OpenAI disebut telah menandatangani kontrak jangka panjang untuk memakai dua chipset tersebut secara paralel. Di sisi lain, startup mulai tertarik dengan prosesor alternatif seperti Cerebras WSE-3 dan Graphcore IPU, yang mengandalkan efisiensi arsitektur non-GPU.
Persaingan ini bukan sekadar soal kecepatan — tapi tentang siapa yang mampu mendefinisikan ulang masa depan AI computing.
