TECH ID

Blog tentang teknologi dan jaringan — bahas komputer, internet, dan tren IT terbaru

Full width home advertisement

Post Page Advertisement [Top]

Tiga tahun lalu, AI generatif dianggap sekadar alat eksperimen kreatif. Tapi di 2025, ia berubah jadi tulang punggung ekonomi digital. Dari perusahaan startup sampai raksasa teknologi, semua mengandalkan AI untuk menghasilkan konten, kode, desain, bahkan strategi bisnis. Menurut laporan McKinsey Global Insight, adopsi AI generatif meningkat 230% sejak 2023, dan kini mencakup bidang kreatif, medis, hingga hukum.

Salah satu inovasi terbesar datang dari OpenAI dengan GPT-5, model bahasa yang bukan cuma bisa menulis, tapi juga berpikir secara kontekstual — memahami gaya perusahaan, tone brand, dan bahkan bisa membuat keputusan berbasis data. Di sisi lain, Google meluncurkan Gemini 2, yang kini terintegrasi penuh dengan Workspace, membuat kolaborasi tim terasa seperti punya asisten manusia sungguhan.

Industri kreatif juga dirombak total. Platform seperti Runway Gen-3 dan Pika Labs 2.0 memungkinkan pembuat konten menghasilkan video realistis hanya dari prompt teks. Dunia hiburan, iklan, dan pendidikan kini memasuki fase baru: konten tanpa batas. Tapi tantangan etika juga muncul, terutama soal deepfake dan AI ownership. Banyak negara mulai membuat regulasi, termasuk Uni Eropa dengan AI Act 2025 yang membatasi penggunaan AI untuk tujuan manipulatif.

Perubahan besar ini menandakan bahwa AI generatif bukan lagi sekadar tren, melainkan fondasi ekonomi digital baru. Ia membuka peluang tak terbatas — tapi juga menuntut tanggung jawab yang besar.

 

Bottom Ad [Post Page]

| Designed by Colorlib